Mati di Jogjakarta 2 - Egha De Latoya

“Cinta terlahir bersebelahan. Dan, yang paling mulia bersebelahan dengan hati hanyalah mata.”
“Mengapa?”
“Sebab hanya mata yang mampu menceritakan isi hati tanpa suara. Kau tahu mengapa aku tak pernah menanyakan apakah kau menyayangiku?”
“Kau malu?”
“Karena matamu sudah menceritakan semuanya.”
—Taman Rahasia.

Mati di Jogjakarta 2, sebuah kumpulan cerita pendek yang merangkum semua tanya tentang rasa setia, rasa percaya, dan asa untuk menjadi bahagia.

Kelebihan:
• Berisi 20 cerita pendek tentang berbagai nilai dalam kehidupan, seperti kesetiaan, rasa percaya, kepasrahan, melepaskan, dan menjemput bahagia.
• Alur cerita dan dialog dalam cerita ditulis cukup puitis, namun juga dekat dengan percakapan sehari-hari.
• Selain sebagai penulis, Egha De Latoya juga dikenal sebagai penyanyi dengan suara dan gaya musik yang unik. Salah satu lagunya yang berjudul “Sepi Sukma” dituliskan menjadi sebuah cerita dengan judul yang sama.
• Latar belakang beberapa cerita mengambil tempat di Jogjakarta, kota yang sangat dicintai dan banyak memberikan inspirasi kepada penulis.

Tentang Penulis:
Egha De Latoya, wanita Jawa yang hidup untuk kata, nada, dan garis hitam yang ia pilih sendiri. Semua kegiatannya tertata manis dalam akun Instagram-nya: @eghadelatoya / @ellenamahija / @artfromel.